BANDUNG,jakarta.suaramerdeka.com – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, M Nur menyatakan bahwa infrastruktur tetap menjadi faktor penting dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi baru.
Tema besar itu dinilainya bakal memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang tahun lalu sebesar 5,0 persen.
“Melalui optimalisasi peran infrastruktur, dan kita perlu memfokuskan pada hal-hal yang tertentu yang memang sangat dibutuhkan,” katanya pada Kick Off West Java Economic Society (WJES) 2024 di Bandung, Kamis (29/2/2024).
Dijelaskan, kehadiran sejumlah proyek infrastruktur dan transportasi dapat meningkatkan interkoneksi antarwilayah sehingga mampu pula mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia tak menampik bahwa membangun infrastruktur bukan perkara mudah terutama dari sisi anggaran. Hanya saja, hal itu bakal memberikan manfaat jangka panjang.
“Proyek infrastruktur bukan hanya mengeluarkan biaya karena ini juga akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi. Jangka panjangnya tentu dia juga akan makin membuka sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang baru dan juga perluasan size ekonominya,” jelasnya.
Dia pun menyinggung peningkatan mobilitas masyarakat pada masa libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru) pada tahun lalu yang memberikan kontribusi.
Optimalisasi infrastruktur itu, jelasnya, bakal menciptakan pemerataan realisasi investasi terutama antara Jabar Utara terutama kawasan Rebana dan Jabar Selatan yang memang terus digenjot.
“Industri yang masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek perlu diperluas ke kawasan industri baru ke arah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) terutama dengan pengembangan Kawasan Rebana yang diperkirakan akan memunculkan berbagai kawasan industri dan penciptaan industri baru,” jelasnya.
Kawasan Rebana terdiri dari Metropolitan Cirebon Raya, Pelabuhan Parimban Subang, dan Bandara Kertajati, Majalengka. Kawasan ini diharapkan pula mampu berkontribusi terhadap pemenuhan target realisasi investasi tahun ini. Tahun lalu, Jabar mampu membukukan investasi hingga Rp 210 triliun.