KBRN, Bandung: Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekonomi.
Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Taufiq Budi Santoso menyebut, kinerja ekonomi Jabar pada tahun 2023 diraih sebesar 5 persen dan telah memberikan andil pertumbuhan sebesar 0,67 persen terhadap ekonomi nasional.
Jabar pun menjadi provinsi dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dari sisi lapangan usaha terutama di sektor transportasi dan pergudangan sebesar 10,93 persen serta laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dari sisi pengeluaran di sektor impor sebesar 17,60 persen.
“Jabar juga menjadi provinsi yang menempati peringkat pertama realisasi investasi tahun 2023 dengan nilai investasi sebesar Rp210,6 triliun,” ujar Taufiq pada acara Kick Off West Java Economic Society (WJES) 2024 di Bale Pasundan, kantor Bank Indonesia (BI) Jabar, Kota Bandung, Kamis (29/2/2024).
Taufiq pun menuturkan, pihaknya telah menyiapkan empat strategi demi meningkatkan investasi Jabar.
Pertama, yakni dengan meningkatkan kepastian dan kemudahan perizinan melalui peningkatan pelayanan investasi.
Kedua, mendorong pengembangan Industri hilirisasi berbasis potensi daerah dan sektor unggulan di Jabar, seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Ketiga, mendorong investasi inklusif melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing UMK melalui kemitraan.
Strategi keempat, mengakselerasi implementasi green economy, melalui pemberian fasilitas, kemudahan, dan insentif pada green investment.
Taufiq memaparkan, terdapat empat kawasan strategis di Jabar yang sudah diamanatkan dalam peraturan presiden dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan infrastruktur dan peningkatan investasi.
Empat kawasan strategis itu adalah Bodebekkarpur melalui Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2020 dan kawasan Cekungan Bandung yang diamanatkan dalam Perpres No 45 Tahun 2018.
Dua kawasan strategis lainnya, yakni kawasan Rebana dan Jawa Barat bagian selatan yang dinaungi Perpres No 87 Tahun 2021.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar Muhamad Nur menyebut bahwa untuk memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Jabar perlu ditopang melalui optimalisasi infrastruktur, sumber pertumbuhan ekonomi baru hingga digitalisasi.
Muhamad Nur menyampaikan pula, dengan berbagai perkembangan, perekonomian Jabar tahun 2024 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy). Adapun capaian inflasi tahun 2024 diprakirakan berada pada rentang 2,5 persen ± 1 persen (yoy).
Nur menyebut salah satu rekomendasi guna menjaga kinerja ekonomi di tahun 2024, yakni dengan mempertahankan dan memperkuat upaya-upaya pengendalian inflasi, khususnya inflasi pangan baik yang bersifat seasonal maupun struktural.
“Dalam pelaksanaannya agar berkoordinasi dengan Bapanas (Badan Pangan Nasional) dan Bulog,” katanya.
Upaya pengendalian inflasi secara seasonal antara lain Operasi Pasar Murah (OP), Gerakan Pangan Murah (GPM), Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), juga subsidi ongkos angkut.
Nur menambahkan, upaya pengendalian inflasi struktural, seperti perluasan dan optimalisasi kerja sama antar daerah (KAD), penguatan dan evaluasi data stok pangan serta pelaporan secara rutin dalam rangka memperoleh Dana Insentif Daerah(DID).
Pengendalian inflasi struktural, seperti perluasan dan optimalisasi kerja sama antar daerah (KAD), penguatan dan evaluasi data stok pangan serta pelaporan secara rutin,” tandasnya.