WJES 2025: Jawa Barat Harus Perkuat Ekspor dan Pasar Domestik

Bandung, Sonora.ID – Forum tahunan West Java Economic Society (WJES) kembali digelar untuk keenam kalinya sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2020.

Diprakarsai oleh Bank Indonesia (BI) dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat, WJES 2025 hadir sebagai ruang strategis merumuskan arah kebijakan ekonomi daerah, khususnya dalam merespons dinamika global yang kian kompleks.

Mengusung tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Daerah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan,” WJES tahun ini menjadi wadah untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, dari akademisi, pelaku usaha, hingga pejabat publik, guna membahas masa depan ekonomi Jawa Barat.

Di hadapan awak media di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Selasa (7/5/2025), Kepala BI Jabar Muhammad Nur menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menghadapi tekanan eksternal, terutama akibat kebijakan proteksionis dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

“Forum ini bukan sekadar sarasehan. Ini adalah laboratorium gagasan dan kebijakan nyata untuk pembangunan ekonomi daerah. Kami merancang rekomendasi berdasarkan isu aktual dan kapasitas implementasi di lapangan,” tegas Muhammad Nur.

Ia juga mengajak semua pihak untuk tidak hanya terpaku pada tantangan global, tetapi juga jeli melihat peluang baru. Menurutnya, perluasan pasar ke negara-negara non-tradisional seperti kawasan ASEAN dan Afrika adalah langkah strategis yang perlu diakselerasi.

“Ini momentum penting untuk memperkuat pondasi ekonomi daerah. Jawa Barat punya potensi besar, tinggal bagaimana kita membaca peta global dan bergerak cepat,” lanjutnya.

Diketahui, salah satu fokus utama WJES 2025 adalah tantangan ekspor Jawa Barat yang tengah menghadapi tekanan akibat kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat.

Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar, Muslimin Anwar, mengungkapkan bahwa sektor-sektor unggulan seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, dan elektronik terkena dampak langsung dari kebijakan tersebut.

“Tarif 32 persen yang direncanakan Amerika Serikat terhadap Indonesia, meski masih dalam masa penundaan 90 hari, akan berdampak signifikan. Untuk sektor TPT, kami mencatat penurunan potensi ekspor sebesar 5 persen, sementara alas kaki dan elektronik masing-masing 3 persen,” ungkapnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, BI Jabar menegaskan komitmennya dalam memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pemerintah kabupaten/kota, serta kantor pusat BI. 

“Langkah-langkah strategis akan difokuskan pada upaya memperluas pasar ekspor dan penguatan daya saing produk lokal,” kata Muslimin.

Namun demikian, ekspor bukan satu-satunya fokus. Muhammad Nur juga menggarisbawahi pentingnya memperkuat pasar domestik sebagai pilar ketahanan ekonomi daerah. Dalam konteks ketidakpastian global, peningkatan konsumsi dan produksi lokal menjadi kunci menjaga stabilitas pertumbuhan.

“Pasar dalam negeri adalah bantalan penting. Kita harus dorong konsumsi masyarakat dan dukung UMKM agar tetap bisa tumbuh dalam tekanan global,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua ISEI Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat, Prof. Martha Fani Cahyandito, menambahkan bahwa WJES 2025 dirancang lebih inklusif dengan menjaring aspirasi dari masyarakat secara langsung. Untuk itu, forum tahun ini diperluas ke empat titik strategis yakni Cianjur, Sukabumi, Karawang, dan satu wilayah lainnya yang masih dalam proses penentuan.

“Kami ingin memastikan bahwa kebijakan yang dirumuskan benar-benar sesuai dengan kebutuhan lapangan. Bukan hanya elitis dan sektoral, tapi partisipatif dan membumi,” kata Prof. Fani.

WJES 2025 juga menjadi momentum evaluasi dari rekomendasi tahun-tahun sebelumnya. Bank Indonesia menegaskan bahwa hasil forum tidak dibiarkan mengendap di meja birokrasi. Monitoring terhadap implementasi terus dilakukan agar rekomendasi yang dihasilkan tidak berhenti di atas kertas.

“Rekomendasi harus berujung pada aksi. Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri. Ini adalah kerja kolektif,” tutup Muhammad Nur.

Dengan tantangan dan peluang yang terus bergulir, WJES 2025 menjadi panggung penting bagi Jawa Barat untuk menyusun langkah-langkah adaptif dan progresif dalam menjaga daya saing ekonomi daerah di tengah ketidakpastian global. Ekspor dan pasar domestik menjadi dua sisi mata uang yang harus diperkuat secara bersamaan.