Ekspor Jabar Tertekan Tarif Dagang AS, BI Desak Strategi Baru Selamatkan Tekstil & Elektronik

WJtoday, Bandung – Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat mencatat tekanan serius pada ekspor Jawa Barat akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat pasca terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden. Sejumlah sektor andalan seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, dan alas kaki langsung terdampak.

“Dampak terhadap TPT mencapai 5 persen, elektronik dan alas kaki masing-masing 3 persen,” ujar Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar Muslimin Anwar dalam acara Kick Off West Java Economic Society (WJES) 2025 di Bandung, Rabu (7/5).

Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenai tarif tinggi—yakni 32 persen—sementara 75 negara lainnya hanya dikenakan 10 persen. Kebijakan ini dinilai menghambat laju ekspor Jabar ke pasar AS.

Muslimin menyebutkan, peluang ekspor bisa diarahkan ke negara-negara yang terdampak tarif lebih tinggi, namun tantangan kompetisi juga meningkat karena negara lain akan melakukan hal serupa. Karena itu, BI Jabar mendorong kebijakan inovatif agar sektor industri Jabar tetap bertahan.

“Kami berkoordinasi dengan Pemprov Jabar, Pemda, dan BI pusat untuk mencari peluang diversifikasi tujuan ekspor dan mendukung relokasi industri. Eropa dan ASEAN jadi fokus,” katanya.

Selain memperluas pasar, BI Jabar juga menekankan pentingnya penguatan permintaan domestik untuk menyerap kelebihan produksi akibat pelemahan ekspor.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat ekspor total Jabar pada Maret 2025 turun 3,51 persen dibanding Februari, menjadi USD 3,09 miliar. Jika dibandingkan tahun lalu, terjadi penurunan 3,29 persen.

Ekspor ke sembilan negara utama menurun, termasuk Thailand (turun 49,51 persen), AS (4,74 persen), dan Filipina (5,31 persen). Ekspor nonmigas—yang menyumbang 99,25 persen dari total ekspor—juga terkoreksi 3,95 persen dari bulan sebelumnya.

Volume ekspor pun turun 4,36 persen, dari 697,93 ribu ton pada Februari menjadi 667,52 ribu ton pada Maret 2025.

“Pelemahan ekspor ini menjadi sinyal bahwa Jawa Barat harus bergerak cepat mencari strategi bertahan dan menyesuaikan diri dengan lanskap dagang global yang baru,” tutup Muslimin. ***